Kamis, 19 Januari 2012

Festival Etam Segala di Tenggarong

festival etam kutai kartanegara 



Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan kentongan dan acara masak suman sebanyak 229 buah oleh masyarakat kedang lampong ditandai dengan membelah suman oleh Staf ahli Salmon Zakaria didamping oleh Kepala Dinas Pariwisata Kukar H Asmidi

Pembukaan Festival Etam Segala dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tenggarong ke 229 dan Pencanangan Hari Budaya Kutai Kartanegara Tahun 2011 dibuka secara resmi oleh Staf Ahli bidang Pembangunan Kukar Salmon Zakaria mewakili Bupati Kukar Di halaman parkir stadion Rondong Demang, Tenggarong (15/10).
“Dalam perspektif antropologi kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan” ujar Salmon Zakaria mengawali sambutannya
Ia juga mengatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa pada prinsipnya adalah karakter dan jati diri bagi setiap masyarakat atau bangsa itu sendiri. Sehingga dalam kaitan itu menjadi sebuah kewajaran bahkan menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya semaksimal mungkin dalam menjaga, melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan yang mereka miliki.
Untuk melakukan semua itu diperlukan upaya yang nyata, sehingga semua pihak merasa memiliki kepedulian dan tanggung jawab yang sama terhadap kelestarian dan pengembangan kebudayaan yang ada.
Dalam konteks yang demikian maka keterlibatan masyarakat luas secara langsung penting untuk dilakukan, baik melibatkan sebagai pelaksana kegiatan, pengisi acara maupun hanya sebagai penonton. Tanggung jawab akan pelestarian dan pengembangan kebudayaan tidak hanya menjadi tugas atau domain pemerintah semata, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat yang ada, terlebih-lebih bagi masyarakat asli di mana kebudayaan tersebut pertama kali tumbuh dan berkembang.
Selain itu tambahnya, Ada banyak hasil kebudayaan asli di suatu daerah yang kemudian kurang atau tidak lagi dikenal oleh generasi penerus dari masyarakat tersebut. Sebagai contoh, di kota Tenggarong ini, dahulunya dikenal suatu tradisi masak suman (lemang) yang biasa dilakukan oleh masyarakat Kutai sejak jaman dahulu, khususnya suku Kedang Lampong. Sebagaimana diketahui suku Kedang Lampong merupakan penduduk asli kota Tenggarong, dimana mereka telah bermukim di daerah ini sebelum kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Jembayan (Pemarangan) ke Tenggarong (Tepian Pandan/Tangga Arung).
Namun demikian masyarakat saat ini terutama generasi muda kota Tenggarong sudah tidak lagi mengenal tradisi tersebut, sehingga dengan acara seperti ini ia sangat berharap dapat kembali memperkenalkan tradisi yang sudah hampir punah ini kepada masyarakat luas. Penyampaian informasi  penting karena sekaligus merupakan bentuk edukasi atau pendidikan bagi masyarakat luas bahwa pada prinsipnya mereka memiliki kekayaan potensi seni dan budaya yang luar biasa di daerahnya. Dengan pengenalan tersebut diharapkan akan timbul kecintaan masyarakat terhadap tradisi luhur dari para pendahulunya itu, sehingga dari rasa cinta ia berharap akan timbul rasa kepedulian untuk terus menjaga, memelihara, melestarikan dan mengembangkannya pada masa-masa mendatang.
Festival Etam Segala ini mempersembahkan banyak kegiatan atraksi seni budaya yang tidak hanya berasal dari kebudayaan asli masyarakat di Kutai Kartanegara, melainkan juga atraksi seni budaya yang berasal dari kebudayaan masyarakat di luar Kutai Kartanegara.
Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah memberikan ruang gerak bagi para seniman nusantara yang bermukim di Kutai Kartanegara ini untuk berekspresi seluas-luasnya. Dengan demikian julukan Kutai Kartanegara sebagai “Indonesia Mini” akan semakin diakui, karena berbagai seni dan budaya nusantara telah terbukti tumbuh dan berkembang dengan subur di daerah ini. Selain itu aneka kegiatan pada festival ini juga mampu memberikan hiburan rakyat yang relatif murah, meriah, gembira dan penuh dengan suasana kekeluargaan, sehingga pada akhirnya kegiatan ini mampu untuk semakin mempererat tali silaturahmi diantara berbagai komponen masyarakat di Kutai Kartanegara ini.
Kegiatan seperti ini juga dapat membantu upaya Pemerintah Daerah untuk mewujudkan Kota Tenggarong sebagai kota wisata yang ditopang oleh semakin banyaknya even-even wisata yang diharapkan akan semakin menarik kehadiran para wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara. Ini tentu sejalan dengan misi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui program Gerbang Raja, yang mengisyaratkan perlunya pengembangan pariwisata daerah sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah untuk lima tahun ke depan.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, dampak positif dari terselenggaranya event ini adalah semakin menggeliatnya gerak roda perekonomian daerah melalui peningkatan aktivitas perdagangan dan jasa, meskipun masih dalam batas atau skala kecil dan mikro.
Mewakili pemerintah daerah, sekali lagi ia berharap, dengan penyelenggaraan festival ini, akan timbul kepedulian yang tinggi terhadap kekayaan akan keragaman budaya yang kita miliki, khususnya para generasi muda. Dari kepedulian yang tinggi tersebut dapat melestarikan dan mengembangkan warisan budaya leluhur nenek moyang untuk di wujudkan.
Ia juga menegaskan bahwa tugas melestarikan dan mengembangkan kebudayaan tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama.” Marilah sama-sama melestarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya menuju kota Kutai kartanegara menjadi kota wisata”imbuhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar