Jumat, 20 Januari 2012

Sarung Samarinda Tenunan

Para perajin ini rata-rata berdiam di Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang. Jika anda bertanya, maka warga akan menunjukkan pemukiman padat penduduk. Di rumah yang rata-rata terbuat dari kayu itulah kain sarung tenun Samarinda diolah dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Meski tak berlimpah harta, tetapi warisan budaya berupa sarung tenun Samarinda terbukti mampu menghidupi ratusan pengrajin di Samarinda Seberang. Budaya turun temurun yang masih dapat disaksikan hingga kini.
Tak sulit menemukan kompleks pengrajin sarung tenun Samarinda ini. Lokasinya berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota. Setelah melintasi Jembatan Mahakam, cukup menyusuri jalan di bibir Sungai Mahakam, yakni Jalan Bung Tomo dan Jalan Panglima Bendahara.
sarung samarindaJika malu bertanya, maka susuri saja Jalan Panglima Bendahara. Beberapa kios milik kelompok pengrajin tenun Samarinda dengan mudah dapat dijumpai. Misalnya kios pengrajin sarung tenun Samarinda Berdikari yang telah ada sejak tahun 1964.
Tak jauh dari kios itulah para penenun tinggal dan menyelesaikan pembuatan sarung tenun Samarinda dari rumah mereka masing-masing. Melirik ke dalam kios, umumnya, motif sarung tenun Samarinda yang diproduksi memiliki kesamaan ciri. Masing-masing kelompok memiliki keahlian dalam membuat motif yang berbeda.
Jika pecinta sarung tenun Samarinda menginginkan motif berbeda, maka bisa langsung mendatangi para penenun dan memberikan motif yang diinginkan. Harga setiap sarung tenun yang diproduksi tergantung berapa banyak motif yang diperlukan. Semakin banyak dan besar motifnya, maka semakin mahal harganya.
Setiap penenun dapat membuat satu sarung tenun Samarinda dalam waktu seminggu dengan ukuran panjang 4 meter dan lebar sekitar 50 sentimeter. Itupun untuk motif sederhana dan kecil. Semakin banyak dan besar motif yang diinginkan, maka semakin lama pembuatannya.
“Rata-rata, paling lama buatnya (sarung tenun, Red.) 15 hari. Pemesan harus antre sebulan karena menginginkan sarung tenun dengan motif yang diinginkan,” ucap Wahidah (30), penenun di Gang Muharram, No 34, RT 25, Jalan Panglima Bendahara, Samarinda Seberang.
Meski pembuatan dilakukan di rumah warga, tetapi kompleks yang dapat dikatakan cukup kumuh itu oleh Pemkot Samarinda dijadikan obyek wisata. Sayangnya, tidak ada sentuhan menarik yang dilakukan Pemkot untuk mengenalkan kompleks itu. Penjelasan dan keterangan yang diperoleh hanya dari mulut ke mulut.
Wahidah mendapatkan keahlian itu dari ibunya, Jawariah (50) yang juga berprofesi sebagai penenun. Bahkan di rumahnya, masih ada satu lagi penenun yang tak lain adalah saudara ibu kandungnya, yakni Aminah (45).
Mereka bertiga dalam sebulan dapat membuat 7 hingga 10 sarung tenun Samarinda yang dijual dengan harga berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 450 ribu per buah. Keluarga ini mengandalkan sarung tenun ini untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Senada diucapkan Rohana, penenun yang terletak di kompleks yang sama. Ia membuat sarung tenun Samarinda karena meneruskan usaha orangtuanya. Beberapa motif yang dapat dibuatnya, seperti anyam pelupuh dan ketam hitam.
Kini warga pendatang dari Sulawesi yang menjadi penenun sarung tenun Samarinda ini sudah sekitar 30 tahunan berada di kompleks tersebut. Bahkan keahlian itu sudah diwariskan ke anak-anak mereka yang kini meneruskan pekerjaan yang kini dianggap sebagai warisan budaya.

Kuliner Samarinda, Pisang Cinta Bertabur Coklat

Maka tak heran bila kebanyakan pelanggan D’ Puncak Café memilih menu ini menjadi hidangan penutup sesudah menikmati beraneka hidangan yang telah disediakan. Menurut pemilik D’ Puncak Café, Bambang, latar belakang membuat menu unik ini adalah mencari sensai yang berbeda dari makanan ringan lainnya. Karena kebanyakan Pisang Cinta yang biasanya disebut pisang keju ini hanya dijual dengan bentuk yang sederhana. Sehingga penyajiannya pun kurang menarik. “Kita sengaja membuat inovasi baru tentang makanan ini agar terlihat lebih cantik dan menarik. Alhamdullilah peminatnya cukup banyak,” ujar Bambang.
dcafeSatu lagi hidangan ala Kota Tepian yang terbilang unik. Namanya “Pisang Cinta“. Pisang berbentuk hati yang bertabur coklat dan keju ini menjadi salah satu menu andalan D’ Puncak Café yang berada di bilangan Jl MT Haryono, Sungai Kunjang.
Tak hanya bentuknya yang unik, rasanya yang legit membuat para penikmatnya terbuai. Bagaimana tidak, perpaduan antara pisang, keju dan coklatnya yang pas, membuat lidah seakan tak ingin berhenti mengunyahnya. Tak hanya itu, susu kental manis menghiasinya lapisan atas hidangan tersebut juga menambah legit rasa Pisang Cinta ini bila dinikmati dalam keadaan hangat.
Pemilihan karakter cinta dalam pisang tersebut untuk menunjang suasana café yang berlatar belakangan nuansa malam Kota Samarinda. Sehingga sembari menikmati Pisang Cinta, pengunjung juga dapat langsung melihat keindahan Kota Tepian pada malam hari dari kawasan perbukitan.
“Suasana di sini terbilang cukup romantis, terutama bagi kawula muda. Mungkin dengan karakter cinta yang terdapat dalam pisang ini menambah kesan itu,” jelasnya.
Tak heran bila pemilik D’ Puncak Café harus menyedikan minimal 50 porsi Pisang Cinta dalam satu hari untuk melayani pelanggan. Bahkan pada malam akhir pekan, biasanya pesanan membeludak. “Peminatnya cukup banyak, terutama pada akhir pekan. Hampir setiap pengunjung yang datang memesan menu ini untuk menikmati indahnya malam sembari menikmati kopi,” paparnya.
Untuk menikmati menu yang satu ini, Anda tak perlu merogoh kantong cukup dalam. Karena untuk satu porsi, pemilik hanya mematok harga sebesar Rp7 ribu. Nah bagi Anda yang penasaran, silakan ke D’ Puncak Café. Kedai ini buka setiap hari dari pukul 18.00 Wita hingga pukul 00.00 Wita. (aya)

Wisata Kuliner di Kedai Sabindo Samarinda

“Kalau rasa khasnya tetap pedas dan manis, dengan isi campuran udang, ayam dan jamur. Tapi pada Tom Yam Kelapa ini lebih gurih karena dimasak langsung dengan air kelapanya. Ditambah lagi dengan daging buah kelapa yang diserut dan dicampurkan dengan bahan lainnya,” jelas Aan.
Bagi warga Samarinda Kedai Sabindo merupakan salah satu wadah nongkrong favorit, selain tempatnya yang nyaman di pinggir jalan, Kedai Sabindo juga banyak menyediakan beraneka ragam makanan dan minuman unik, baru-baru ini Kedai Sabindo mengeluarkan menu terbarunya, yakni mie susu. Mie goreng ini dimasak menggunakan susu sehingga rasa yang dan bumbu tercampur dengan susu.
kedai sabindo samarindaSudah tiga tahun ini Kedai Sabindo yang beralamat Jl Letjend Soeprapto menawarkan menu yang unik, bagi warga Kota Tepian yang suka mecoba makanan yang berbeda, seperti Nasi Goreng Pattaya, Roti Canai, Canai Tissue dan yang terbaru Mie Susu.
“Kami hanya ingin mencoba terobosan terbaru memasak mie dengan menggunakan susu. Dan sambutan pengunjung baik, karena rasa yang unik dan berbeda,” ujar Manager Sabindo. Tak hanya itu, minuman di kedai sabindo, juga bisa dibilang unik seperti teh tiga warna, yakni campuran dari teh , susu dan pandan. Sehingga rasa yang timbulkan pada saat minum sangat segar.
tom yam kelapaTeh tarik juga ada disini, namun para pengunjung lebih tertarik dengan minuman satu ini,”. Sementara untuk harga makanan sangat terjangkau, untuk mie susu dibandrol Rp18 ribu per porsi. “Semua menu yang ada disini terjangkau, tidak akan merogek kantong dalam-dalam. Dan yang terpenting menu disini sangat unuk dan memiliki ciri khas sendiri disetiap menu yang disajikan,” ungkapnya.
Selain itu di Kedai Sabindo juga menyediakan Tom Yam, ciri khas Tom Yam mungkin sudah biasa dirasakan penikmat makanan sup udang asal Thailand ini. Tapi lain lagi yang disajikan di Kedai Sabindo. Tom Yam dihidangkan langsung dalam wadah kelapa muda.
kedai sabindo
Yang lebih membuat rasanya lebih gurih, karena ramuannya yang tercampur air kelapa dan daging kelapa mudanya. Begitu pertama merasakan kuahnya, langsung terasa gurih yang begitu khas dengan aroma serai dan daun jeruknya. Pengelola Kedai Sabindo, Aan mengaku, sengaja dibuat cita rasa lain dari Tom Yam, karena di kedai itu sudah ada Tom Yam ikan dan Tom Yam sayur, maka dengan adanya menu Tom Yam Kelapa, pengunjung bisa menikmati sup ikan pedas asam tersebut dengan rasa yang lain yang tentu saja lebih terasa gurihnya karena dimasak langsung dengan menggunakan air kelapa.
Karena dalam satu porsi disajikan penuh dalam 1 buah batok kelapa, maka bisa dinikmati oleh 2 sampai 3 orang. “Untuk menikmati Tom Yam Kelapa ini, tergantung dari selera saja, bisa dinikmati tanpa atau dengan nasi,” tambahnya.

Lomba sumpit pada Festival Kemilau Seni Budaya Benua Etam 2011

lomba sumpit 

Lomba sumpitan atau menyumpit mewarnai pelaksanaan Festival Kemilau Seni Budaya Etam VI 2011 yang berlangsung di lapangan parkir Stadion Madya Sempaja Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu.
Lomba sumpitan yang diikuti 33 peserta dari 11 kabupaten/kota di kaltimtersebut sebagai salah satu kegiatan Festival Kemilau Seni Budaya Etam VI 2011 yang cukup menarik perhatian warga.
“Walaupun tidak ramai seperti pada pelaksanaan tahun lalu (2010) tetapi sumpitan ini merupakan kegiatan yang paling banyak menarik perhatian pengunjung pada pelaksanaan Festival Kemilau seni Budaya Etam. Tahun ini (2011) pesertanya hanya 33 penyumpit dari 11 kabupetan kota/di Kaltim karena ada tiga kabupaten dan kota yang tidak mengirimkan penyumpit yakni, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan dan Kabupaten Berau,” ungkap Ketua Persatuan Olah Raga Sumpitan (Peroras) Kaltim, Yahuda Hibau, yang ditemui disela-sela lomba Sumpitan di Stadion Madya Sempaja Samarinda.
Pemenang Sumpitan itu, kata dia, ditentukan berdasarkan ketepatan membidik  sasaran sebab aturan pertandingan yang baku belum ditetapkan.
“Setiap peserta beradu ketangkasan memnidik sasaran, seperti pada olah raga panahan. Jarak sasarannya hanya sejauh 20 meter,” katanya.
“Karena belum ada standar yang baku maka panjang sumpitan menggunakan panjang sesuai tradisi asal yakni 160 hingga 210 cm dan anak sumpit panjangnya 20 hingga 25 cm. Peserta yang paling banyak mengenai sasaran dalam lingkaran itulah yang dianggap sebagai pemenang,” ungkap Yahuda Hibau.
Lomba sumpitan pada Festival Kemilau Seni Budaya Etam VI 2011 ini, kata Yahuda Hibau, hanya mempertandingkan satu kategori yakni menyumpit berdiri.
“Lomba sumpitan sebenarnya terdiri dari beberapa kategori yakni, sumpitan berdiri perorangan putra/putri, kategori berdiri beregu serta kategori jongkok perorangan putra/putri dan jongkok beregu. Namun, pada pelaksanaan lomba sumpitan kali ini hanya mempertandingkan kategori berdiri perorangan putra saja,” kata Yahuda Hibau.
Sumpitan kata Yahuda Hibau merupakan olah raga tradisional warga Dayak yang dulunya menjadi aktivitas berburu hewan langka dan dilindungi.
“Sebelum dijadikan sebagai kegiatan olah raga, menyumpit merupakan aktivitas warga Dayak berburu hewan yang dilindungi seperti burung, enggang, macan dahan dan beberapa jenis hewan atau satwa yang banyak hidup di pohon. Namun, aktivitas berburu hewan itu sudah tidak ada lagi sebab menyumpit sudah dijadikan sebagai salah satu kegiatan olah raga tradisional,” ungkap Yahuda Hibau.
Selain lomba menyumpit, Festival Kemilau Seni Budaya Etam VI 2011 hari kedua tersebut juga digelar adu gasing serta festival tarian pedalaman dan pesisir.

Kaltim Jadi Tuan Rumah Sukan Borneo ke 4 Tahun 2011

Demikian harapan Gubernur Kaltim saat membuka pesta olahraga negara-negara Serumpun “Sukan Borneo IV dan Ferstival Jepen 2011”  di Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Minggu (4/12).
“Selain silaturahmi kegiatan olahraga negara serumpun, hendaknya kegitan Sukan Borneo dan Festival Jepen Nusantara Internasional dapat menjadi sarana untuk peningkatan ekonomi dan kerjasama lainnya,” ujarnya.
Sukan Borneo yang diikuti oleh Negara Bagian Sabah, Sarawak dan Labuan, Malaysia serta Negara Brunei Darussalam. Selain itu juga diikuti oleh provinsi-provinsi di Kalimantan.
sukan borneo kaltimAwang Faroek mengharapkan kegiatan ini dapat juga berfungsi sebagai sarana peningkatan kerjasama, terutama pada provinsi Kalbar dan Kaltim yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
“Di sisi lain, Sukan Borneo dan Festival Jepen ini juga memberikan manfaat yang sangat besar dan luas bagi peningkatan hubungan baik negara serumpun dalam lingkup Pulau Kalimantan menyangkut kebudayaan, sosial, ekonomi, pariwisata  atau pelancongan dan berbagai bidang pembangunan lainnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Sukan Borneo IV, H Farid Wadjdy melaporkan bahwa kegitan ini diikuti oleh tiga negara bagian Malaysia, Negara Brunei Darussalam dan empat provinsi di Kaltimantan termasuk tuan tuan rumah Kaltim.
“Sukan Borneo akan mempertandingkan tiga belas Cabor termasuk dua cabor olahraga tradisional yaitu menyumpit dan gasing. Sebagian besar  kegiatan lomba dipusatkan di Stadion Madya Sempaja dan untuk Cabor Layar di Kabupaten Berau,” jelasnya.
Tiga belas Cabor tersebut, yakni atletik, biliar, anggar, bulutangkis, kempo, layar, pencak silat, sepak bola, Futsal, karate, tenis serta gasing dan menyumpit.
“Jumlah kontingen yang hadir dan bertanding yaitu Begara Bagian Sabah mengirimkan 46 orang, Sarawak 81 orang, Labuan 37 orang, Brunai Darussalam  71 orang, Kalbar 59 orang, Kalsel 109, Kalteng 101  orang dan tuan rumah Kaltim 303 orang,” ujarnya.
Pembukaan yang dilangsungkan dengan sederhana ini diawali dengan defile kontingen negara peserta dan diakhiri dengan penekanan sirine dan pelepasan ribuan balon ke udara. Selain itu para undangan, peserta dan penonton disuguhi Tarian Reog Ponorogo dan Tari  Kolosal Japin Nusantara.

Penajam Paser Utara

Sejarah Penajam Paser Utara

Kabupaten Penajam Paser Utara, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Penajam. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah Utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar dan Kota Balikpapan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Penajam merupakan kabupaten termuda di provinsi Kalimantan Timur [...]

Read More

Pesta Adat dan Tarian di Penajam Paser Utara

Penduduk asli dari Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Suku Dayak Paser. Namun hingga saat ini Suku Dayak Paser seolah-olah menjadi suku minoritas karena mereka bermukim di pelosok-pelosok dan pedalaman. Seni dan budaya Kabupaten Penajam Paser Utara pun tidak terlepas dari kebudayaan suku Dayak Paser. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki Kebudayaan berupa Pesta adat diantaranya adalah [...]

Read More

Tempat Wisata di Penajam Paser Utara

Potensi pariwisata di Kabupaten Penajam Paser Utara sangat didukung oleh letak posisinya yang strategis sebagai pintu gerbang trans Kalimantan serta menjadi lalu lintas perdagangan antar provinsi. Penajam Paser Utara memiliki banyak Obyek Wisata dan berbagai macam jenis wisata Bahari dan Wisata Seni Budaya yang beragam. Objek Wisata Bahari yang terdapat di Penajam Paser Utara diantaranya [...]

Read More

Tempat Wisata di Penajam Paser Utara

pantai tanjung jumlai
Potensi pariwisata di Kabupaten Penajam Paser Utara sangat didukung oleh letak posisinya yang strategis sebagai pintu gerbang trans Kalimantan serta menjadi lalu lintas perdagangan antar provinsi. Penajam Paser Utara memiliki banyak Obyek Wisata dan berbagai macam jenis wisata Bahari dan Wisata Seni Budaya yang beragam.
Objek Wisata Bahari yang terdapat di Penajam Paser Utara diantaranya adalah :
Pantai Tanjung Jumlai
Pantai Tanjung Jumlai memiiki lebar pantai kurang lebih 100-150 meter dengan bentangan pantai sepanjang 15 km. Pantai Tanjung Jumlai memiliki panorama yang eksotis dan memiliki pasir kwarsa kasar sehingga dasar laut dapat terlihat jelas. Selain bisa menikmati kawasan pantai yang asri, kawasan pantai Tnjung Jumlai juga memiliki areal yang bisa digunakan sebagai areal perkemahan.
Pantai Sipakario (Nipah-Nipah)
Pantai Sipakario yang oleh masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara biasa disebut dengan “Pantai Nipah-Nipah” mempunyai letak yang strategis karena berada tepat diteluk Balikpapan dan berjarak 8 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Penajam Paser Utara. Sunset juga dapat dinikmati dari Pantai Sipakario.
Pulau Gusung
Obyek Wisata Pulau Gusung berada di kawasan Pantai Tanjung Jumlai memiliki 4 gugusan Pasir Gusung atau timbunan pasir laut yang dikelilingi areal terumbu karang (coral reef) yang terdiri dari 56 jenis karang dan 47 jenis ikan, baik ikan yang dapat dikonsumsi maupun ikan hias. Selain itu, diperairan Pulau Gusung juga terdapat salah satu jenis ikan langka yang dilindungi yaitu Ikan Napoleon. Menariknya, sekitar 80% terumbu karang yang ditemukan di kawasan Pulau Pusung adalah terumbu karang hidup yang langka dan kini sulit
ditemukan.

Pesta Adat dan Tarian di Penajam Paser Utara

Penduduk asli dari Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Suku Dayak Paser. Namun hingga saat ini Suku Dayak Paser seolah-olah menjadi suku minoritas karena mereka bermukim di pelosok-pelosok dan pedalaman. Seni dan budaya Kabupaten Penajam Paser Utara pun tidak terlepas dari kebudayaan suku Dayak Paser.
Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki Kebudayaan berupa Pesta adat diantaranya adalah :
Pesta Adat Nondoi
Nondoi merupakan pesta adat suku Dayak Paser. Pesta Adat Nondoi dilaksanakan 2 tahun sekali. Dalam Pesta Adat Nondoi dilaksanakan upacara pesta panen, syukuran, pagelaran tari dan lain-lain.
Pesta Pantai Sipakario
Pesta Pantai Sipakario diadakan dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Penajam Paser Utara. Pesta Pantai Sipakario diadakan setiap tahun. Adapun materi acara adalah Festival Layang-layang dan Lomba Perahu Hias, Parade Band, pagelaran tari dan lain-lain.
Pesta Pantai Lango
Pesta Adat Pantai Lango diadakan dalam rangka memperingati bulan Safar. Rangkaian upacara yang diadakan adalah pelarungan sesaji ke laut dengan tujuan agar penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan diberi kelimpahan hasil laut.
Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki Kebudayaan berupa Seni Tari diantaranya adalah :
Uok Botung
Uok Botung artinya Hantu Bambu, adalah tarian pedalaman suku Dayak Paser yang digarap oleh Sanggar Seni Entero Penajam Paser Utara merupakan tarian yang menceritakan tentang keberadaan Uok Botung yang sangat mengganggu ketenteraman masyarakat. Hal tersebut membuat prihatin 5 orang pemuda yang kemudian tergerak semangatnya untuk membantu masyarakat mengusir Uok Botung tersebut. Namun karena Uok Botung memiliki kesaktian yang amat sangat luar biasa maka kelima pemuda tersebut tidak dapat mengalahkan Uok Botung. Hal tersebut kemudian membuat iba Dewi Bumi dan merasa harus turun tangan membantu 5 orang pemuda tersebut dengan cara menurunkan kesaktiannya. Akhirnya berkat bantuan Dewi Bumi, 5 orang pemuda tersebut mampu mengalahkan Uok Botung dengan cara menerbangkan Mandau mereka.
Tari Jepen Ampiek Muslimah
Tari Jepen Ampiek Muslimah adalah tarian Pesisir yang mengangkat cerita tentang perilaku gadis muslim pesisir yang beranjak dewasa dan sedang mencari jati diri. Gerak yang mengambil pola kehidupan keseharian wanita uslim dalam menapaki kehidupan, membuat tarian ini menjadi tarian yang dinamis namun tidak terlepas dari norma-norma seorang wanita muslim yang diolah sedemikian rupa sehingga terciptalah sebuah tari dengan gaya dan ciri khas yang terpancar dari kostum dan gerak.
Tari Kode Bura (Kera Putih)
Tari Kode Bura menggambarkan seekor kera putih yang mrmcoba melindungi habitat burung Tukuk yang selalu diburu oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab terhadap kelestarian satwa yang dimiliki masyarakat suku Paser.
Pada suatu hari sekelompok burung Tukuk sedang bermain, tanpa mereka sadari bahaya sedang mengintai dan kegembiraan mereka tidaklah berlangsung lama karena salah satu dari mereka tiba-tiba roboh dan mati ditembus anak sumpit seorang pemburu. Datanglah seekor kera putih yang marah terhadap pemburu dan perkelahian pun terjadi antara pemburu dengan kode bura dan pada akhirnya sang pemburu kalah. Seluruh penghuni hutan pun bergembira karena sang pemburu telah tewas. Tarian ini mengingatkan pada kita agar selalu mencintai dan menyayangi hutan dan satwa yang ada agar terhindar dari kepunahan.
Tari-tarian yang lainnya seperti :
Tari Rentak Penajam
Tari Lenggang Taka
Ronggeng Paser

Sejarah Penajam Paser Utara

Kabupaten Penajam Paser Utara, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Penajam. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah Utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar dan Kota Balikpapan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Penajam merupakan kabupaten termuda di provinsi Kalimantan Timur yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Pasir.
Daerah Penajam Paser Utara secara formal awalnya masuk dalam wilayah Kabupaten Pasir, namun atas inisiatif dan prakarsa sejumlah masyarakat yang akhirnya mengkristal menjadi sebuah tim yang bernama Tim Sukses Wilayah Utara Menuju Kabupaten yang menginginkan agar masyarakat di empat wilayah kecamatan yang ada di wilayah ini dapat hidup lebih aman, makmur dan sejahtera lahir bathin, akhirnya tim ini mendesak pada Pemerintah pusat dan DPR-RI untuk menetapkan daerah ini menjadi sebuah kabupaten baru di Kalimantan Timur dan terpisah dari kabupaten induk.
Akhirnya setelah melalui perjuangan panjang yang dilakukan oleh masyarakat yang bercita–cita untuk dapat hidup lebih sejahtera dapat tercapai. Ini ditandai dengan terbentuknya Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara secara yuridis formal berdasarkan UU No. 7 tahun 2002 yang berisi tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara. Dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 7 tahun 2002 ini, maka empat kecamatan, yakni Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku telah resmi menjadi satu dalam wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara yang merupakan Kabupaten ke-13 di Provinsi Kalimantan Timur dengan Penjabat Bupatinya, Drs. H. Yusran, M.si yang mempunyai masa tugas mulai 10 Juli 2002 sampai 10 Juli 2003.
Benuo Taka yang artinya Daerah Kita atau Kampung Halaman Kita adalah kata semboyan pada lambang daerah Kabupaten Penajam Paser Utara. Semboyan ini mengadopsi dari bahasa Suku Paser yang bermakna bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan budaya namun tetap merupakan satu kesatuan ikatan kekeluargaan.
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dibentuk melalui UU No. 7 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur.

Nunukan

Objek Wisata Pantai Icing dan Air Terjun Binusan di Nunukan

Dua objek wisata di Kabupaten Nunukan, Pantai Icing dan Air Terjun Binusan menjadi target  penilaian tim penilai Penghaargaan Panji Pariwisata 2012. Dua lokasi tersebut merupakan objek wisata yang saat ini menjadi andalan kabupaten yang berada di perbatasan utara Kaltim dengan Negara tetangga Malaysia itu. Pantai Icing hanya beberapa  kilometer dari pusat kota Nunukan. Bagi masyarakat [...]

Read More

Tempat Pariwisata di Nunukan

ilustrasi pantai Peluang investasi disektor pariwisata sangat terbuka luas karena Kabupaten Nunukan berada di halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berhadapan langsung dengan negara Malaysia yang didukung dengan pelayanan keimigrasian yang prima sehingga baik wisatawan lokal maupun mancanegara dapat dilayani dengan baik. Beberapa Objek wisata unggulan di Kabupaten Nunukan yang sangat potensial untuk dikembangkan [...]

Read More


Sejarah Nunukan

Kabupaten Nunukan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Nunukan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 14.493 km² dan berpenduduk sebanyak 140.842 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Motto Kabupaten Nunukan adalah “Penekindidebaya” yang artinya “Membangun Daerah” yang berasal dari bahasa Tidung. Nunukan juga adalah nama sebuah [...]

Read More

Sejarah Nunukan

Kabupaten Nunukan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Nunukan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 14.493 km² dan berpenduduk sebanyak 140.842 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Motto Kabupaten Nunukan adalah “Penekindidebaya” yang artinya “Membangun Daerah” yang berasal dari bahasa Tidung. Nunukan juga adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

Pada tahun 2003 terjadi tragedi kemanusiaan besar-besaran di Nunukan ketika para pekerja gelap asal Indonesia yang bekerja di Malaysia dideportasi kembali ke Indonesia lewat Nunukan.
Pelabuhan Nunukan merupakan pelabuhan lintas dengan kota Tawau, Malaysia. Bagi penduduk kota Nunukan yang hendak pergi ke Tawau diperlukan dokumen PLB (Pas Lintas Batas). Setiap hari rata-rata sekitar 8 unit kapal cepat dengan kapasitas kurang lebih 100 orang mondar-mandir antar Nunukan dengan Tawau, Malaysia.
Sejarah Kabupaten Nunukan
Kabupaten Nunukan merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bulungan, yang terbentuk berdasarkan pertimbangan luas wilyah, peningkatan pembangunan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Pemekaran Kabupaten bulungan ini di pelopori oleh R.A. Besing yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bulungan.
Pada tahun 1999, pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah dengan didasari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan dasar inilah dilakukan pemekaran pada Kabupaten Bulungan menjadi 2 kabupaten baru lainnya, yaitu Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau.
Pemekaran Kabupaten ini secara hukum diatur dalam UU Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat dan Kota Bontang pada tanggal 4 Oktober 1999. Dengan dasar UU Nomor 47 tahun 1999 tersebut Nunukan resmi menjadi kabupaten dengan 5 wilayah administratif, yakni:
  • Kecamatan Lumbis
  • Kecamatan Sembakung
  • Kecamatan Nunukan
  • Kecamatan Sebatik
  • Kecamatan Krayan

Daftar Bupati Nunukan

 

Berikut ini adalah daftar nama-nama yang pernah memimpin Kabupaten Nunukan sejak tahun 1999:
No. Foto Nama Periode Keterangan
1.
Drs. Bustaman Arham 1999–2001 Penjabat bupati
2.
H. Abdul Hafid Ahmad 2001–2011 Bupati dua periode
3.
Drs. Basri 2011–sekarang

Objek Wisata Pantai Icing dan Air Terjun Binusan di Nunukan

air terjun binusan

Dua objek wisata di Kabupaten Nunukan, Pantai Icing dan Air Terjun Binusan menjadi target  penilaian tim penilai Penghaargaan Panji Pariwisata 2012. Dua lokasi tersebut merupakan objek wisata yang saat ini menjadi andalan kabupaten yang berada di perbatasan utara Kaltim dengan Negara tetangga Malaysia itu.
Pantai Icing hanya beberapa  kilometer dari pusat kota Nunukan. Bagi masyarakat Nunukan dan sekitarnya, Pantai Icing menjadi satu-satunya objek wisata pantai yang paling diminati. Pantai Icing dikenal dengan pasir putihnya yang nampak masih sangat alami.
“Pantai Icing ini menjadi andalan pengembangan pariwisata Nunukan. Pemkab Nunukan mengandalkan objek wisata ini untuk menjadi yang terbaik dalam Penghargaan Panji Pariwisata yang akan diserahkan Gubernur Kaltim, 9 Januari 2012 mendatang,” k ata Kepala Seksi Objek Wisata Dinas Pariwisata Kaltim, sekaligus ketua rombongan tim penilai di dua objek wisata Nunukan itu, Kamis (17/11).
Sebagai daerah tujuan wisata yang diunggulkan, Pemkab Nunukan memberikan perhatian cukup baik untuk pengembangan fasilitas layanan di sekitar pantai itu. Meski tidak selengkap objek wisata di daerah lain seperti objek wisata pantai Derawan, fasilitas public seperti toilet dan jalan menuju pantai sudah tersedia cukup baik.
Masyarakat sekitar pantai itu juga dapat memanfaatkan kedatangan para pengunjung dengan berjualan berbagai keperluan makan dan minum. Di sekitar lokasi tersebut pengunjung juga bisa menyaksikan kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut yang bersiaga menjaga setiap jengkal perairan Indonesia di kawasan perbatasan laut dengan Malaysia.
“Tempat ini biasanya ramai dikunjungi pada hari Sabtu dan  Minggu atau hari-hari libur nasional. Pengunjungnya memang masih terbatas pada masyarakat Nunukan dan belum banyak wisatawan mancanegaa,” ungkap Zainul Arifin yang melakukan penilaian bersama anggota tim lainnya diantaranya Huddin dan Taufik Noor.
Selain Pantai Icing, tim juga melakukan penilaian di objek wisata Air Terjun Binusan yang berjarak sekitar  10 km dari pusat kota Nunukan. Pengembangan lokasi wisata ini merupakan sinergi antara Dinas kehutanan dan Dinas Pariwisata Nunukan.
Zainul Arifin menjelaskan, penilaian tim akan ditekankan pada empat hal, yakni pengelolaan objek wisata, sarana dan prasarana di objek wisata, kontribusi terhadap penerimaan asli daerah dan pengaruhnya terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Kunjungan tim penilai di kedua objek wisata itu telah dilakukan pada 8 Nopember hingga 12 Nopember 2011.

Tempat Pariwisata di Nunukan

pantai batu
Peluang investasi disektor pariwisata sangat terbuka luas karena Kabupaten Nunukan berada di halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berhadapan langsung dengan negara Malaysia yang didukung dengan pelayanan keimigrasian yang prima sehingga baik wisatawan lokal maupun mancanegara dapat dilayani dengan baik.
Beberapa Objek wisata unggulan di Kabupaten Nunukan yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah:
  • Wisata Alam Pantai Batu Lemampu mempunyai hamparan pasir dan batuan yang luas, berombak sedang, berair jernih dan dilatar belakangi oleh vegetasi dan tumbuhan kelapa yang subur. Terletak di bagian timur pulau Sebatik dan berbatasan laut langsung dengan Sabah Malaysia. Pantai ini telah lama digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan festival budaya maupun kegiatan sakral lainnya.
  • Puncak Bukit Batu Sicien disebut juga Batu Madu. Terletak pada ketinggian >1000 mdpl di Desa Long Rungan dikelilingi oleh hutan yang masih dijaga kelestariannya. Batu Sicien merupakan legenda masyarakat Dayak Lun Dayeh.
  • Air terjun Ruab Sebiling dengan ketinggian lebih kurang 25 meter terdapat di desa BaaeLiku hulu sungai Krayan yang berdasarkan legenda merupakan tanah keramat yang pernah didiami oleh suku Adda “yang berarti “Hantu”. Hulu sungai Krayan berarus deras dikelilingi oleh hutan rimba dengan jeram-jeram yang potensial untuk olah raga arung jeram. Daerah aliran sungai Krayan selain menyajikan tantangan dan pemandangan yang mengasyikkan juga menyediakan tantangan tersendiri bagi para pemancing karena masih banyak terdapat ikan-ikan sungai yang alami dan lezat.
  • Air terjun Binusan yang sangat mempesona, letaknya tidak jauh dari pusat kota dan belum dikelola secara optimal sehingga terbuka bagi investor.
Untuk mendukung potensi wisata Alam dan wisata Budaya tersedia sarana hotel dan restaurant, yang berada di Kabupaten Nunukan.
Beberapa Hotel dan Restaurant yang ada di Nunukan antara lain:
  • Hotel Laura
  • Hotel Sumber Mulya
  • Hotel Firdaus International
  • Hotel Lanvlin
  • Hotel Queen
  • Hotel Sabar Menanti
  • Hotel Jombang
  • Hotel Aniar
  • Hotel Gita
  • Restaurant Puncak
  • Restaurant Milo
  • Cafe Wisata
  • Cafe Podjok

Malinau

Wisata dan Budaya Malinau

Selama ini dunia intenasional hanya mengenal Bali sebagai salah satu tujuan utama pariwisata mereka. Padahal Indonesia tidak hanya Bali, masih banyak tempat-tempat lain yang memilki keindahan alam yang tak kalah cantiknya dengan Bali. Salah satu derah yang juga tak kalah eksotisnya adalah, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Malinau merupakan kabupaten terbesar di Kalimantan Timur dan berbatasan langsung [...]

Read More

Taman Nasional Kayan Mentarang

Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) ditetapkan pertama kali pada tahun 1980 sebagai Cagar Alam oleh Menteri Pertanian Indonesia. Kemudian pada tahun 1996, atas desakan masyarakat lokal (adat) dan rekomendasi dari WWF, kawasan ini diubah statusnya menjadi Taman Nasional agar kepentingan masyarakat lokal dapat diakomodasikan. TNKM memiliki kawasan hutan primer dan skunder tua terbesar yang masih [...]

Read More

Sejarah Malinau

Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999. Pada awalnya Malinau adalah sebuah kawasan pemukiman yang semula dihuni suku Tidung. Daerah ini selanjutnya menjadi kampung, berubah menjadi kecamatan. Kini Malinau menjadi ibukota kabupaten. Berdasarkan keterangan tokoh masyarakat suku Tidung, asal mula timbulnya atau disebutnya nama Malinau [...]

Read More

Sejarah Malinau

Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999.
Pada awalnya Malinau adalah sebuah kawasan pemukiman yang semula dihuni suku Tidung. Daerah ini selanjutnya menjadi kampung, berubah menjadi kecamatan. Kini Malinau menjadi ibukota kabupaten.

Berdasarkan keterangan tokoh masyarakat suku Tidung, asal mula timbulnya atau disebutnya nama Malinau saat kedatangan orang-orang Belanda ke pemukiman yang dulunya bernama Desa Selamban. Di Desa Selamban tinggal penduduk dari kalangan keluarga Suku Tidung. Sedangkan di seberang sungai terdapat Desa Pelita Kanaan, yang terletak di tepi sungai Kabiran tempat bermukimnya Suku Abai.
Pada saat Belanda datang ke desa ini, terjadilah dialog dengan sekelompok Suku Abai yakni kaum ibu yang sedang membuat sagu dari aren. Orang Belanda lantas bertanya: “Apa nama sungai ini?”. Maksudnya sungai di desa mereka. Penduduk yang mendapat pertanyaan tersebut tidak mengerti. Mereka hanya menduga maksud pertanyaan orang Belanda tersebut, mereka sedang mengerjakan atau melakukan apa. Lantas salah seorang dari mereka menjawab: “Mal Inau dako”, yang maksudnya sedang mengolah atau memasak sagu enau/aren. Mal artinya membuat, sedangkan Inau artinya pohon enau/aren. Orang Belanda yang bertanya mencatatnya. Jadi nama Malinau lahir secara tidak sengaja
Kemudian nama Malinau dalam peta dan administrasi Pemerintah Hindia Belanda yang menyebutkan ada nama sungai Malinau. Sejak itulah daerah ini disebut dengan nama Malinau. Sedangkan dalam perkembangannya, daerah Malinau makin banyak penduduknya yang mulai menyebar ke sebelah hulu dan hilir Desa Selamban sebelumnya. Terus berkembang menjadi kota kecil yang kemudian menjadi Kecamatan Malinau. Terakhir setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan, Malinau menjadi ibukota Kabupaten.

Taman Nasional Kayan Mentarang

sungai pujungan
Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) ditetapkan pertama kali pada tahun 1980 sebagai Cagar Alam oleh Menteri Pertanian Indonesia. Kemudian pada tahun 1996, atas desakan masyarakat lokal (adat) dan rekomendasi dari WWF, kawasan ini diubah statusnya menjadi Taman Nasional agar kepentingan masyarakat lokal dapat diakomodasikan. TNKM memiliki kawasan hutan primer dan skunder tua terbesar yang masih tersisa di Pulau Borneo dan kawasan Asia Tenggara. Nama Kayan Mentarang diambil dari dua nama sungai penting yang ada di kawasan taman nasional, yaitu Sungai Kayan di sebelah selatan dan Sungai Mentarang di sebelah utara. Sumber lain menyebutkan bahwa nama tersebut diambil dari nama dataran tinggi / plato di pegunungan setempat yang bernama Apau Kayan yang membentang luas (mentarang) dari daerah Datadian / Long Kayan di selatan melewati Apau Ping di tengah dan Long Bawan di utara. Dengan luas lahan sekitar 1,35 juta hektare, hamparan hutan ini membentang di bagian utara Provinsi kalimantan timur, tepatnya di wilayah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sebagian besar kawasan masuk dalam Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk dalam Kabupaten Nunukan. Potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang ialah Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan/Datadian.
Kawasan TNKM terletak pada ketinggian antara 200 meter sampai sekitar ±2.500 m di atas permukaan laut, mencakup lembah-lembah dataran rendah, dataran tinggi pegunungan, serta gugus pegunungan terjal yang terbentuk dari berbagai formasi sedimen dan vulkanis.
Tingginya tingkat perusakan hutan di Kalimantan dan banyaknya bagian hutan yang beralih fungsi, menyebabkan kawasan TNKM menjadi sangat istimewa dan perlu mendapat prioritas tinggi dalam hal pelestarian keanekaragaman hayati dan budaya masyarakat yang masih tersisa.
Keanekaragaman Hayati
Tipe-tipe utama adalah hutan Dipterokarp, hutan Fagaceae-Myrtaceae atau hutan Ek, hutan pegunungan tingkat tengah dan tinggi (di atas 1.000 m di atas permukaan laut), hutan agathis, hutan kerangas, hutan rawa yang terbatas luasnya, serta suatu tipe khusus “hutan lumut” dipuncak-puncak gunung diatas ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Selain itu, terdapat pula berbagai jenis hutan sekunder. Hutan di wilayah sepanjang sungai Bahau adalah hutan perbukitan dengan tebing-tebing terjal yang sangat sulit untuk didaki dari tepi sungai. Hutan di wilayah ini memiliki banyak sekali air terjun dari berbagai ukuran, alur aliran air terjun yang berukuran kecil mempunyai tepi sungai yang cukup landai dan dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk memasuki hutan di kawasan ini. Pujungan juga dikenal sebagai daerah di mana matahari tidak pernah terbit dan tidak pernah tenggelam sebab sering tertutup oleh kabut atau awan. Walaupun demikian, pendarnya sinar matahari dari balik kabut atau awan tersebut mampu membuat kulit kita memerah terbakar tanpa merasakan teriknya panas matahari karena cukup dinginnya suhu di daerah ini. Dapat dibayangkan dinginnya suhu di daerah Apau Ping di hulu Pujungan.
Bukan seperti pada umumnya sungai yang berasal dari 1 mata air di daerah hulu pegunungan yang kemudian mengalir bercabang-cabang ke hilir hingga menuju ke muara, sungai-sungai di taman nasional Kayan Mentarang berasal dari banyak mata air di banyak hulu daerah pegunungan dan mengalir menjadi 1 sungai yang besar menuju ke hilir hingga ke muara. Pada wilayah selatan taman nasional terdapat sungai Kayan yang bermuara setelah membelah kecamatan Tanjung Selor dan Tanjung Palas, berasal dari belasan mata air di hulu Kayan dan hulu Pujungan. Simpang Koala adalah area pertemuan antara sungai Bahau dan sungai Kayan adalah batas wilayah kabupaten Bulungan dan kabupaten Malinau. Arus sungai Kayan di daerah Tanjung Selor sangat tenang dan mulai bergejolak saat memasuki wilayah Long Lejau. Arus sungai Bahau sangat bervariasi dari ketenangan yang tidak berarus hingga gejolak arung jeram. Masyarakat Dayak hulu Pujungan memberi sebutan sungai Bahau sebagai sei giram yang berarti sungai berbatu yang berarus deras. Dan masyarakat di daerah ini adalah pengemudi-pengemudi perahu yang ulung dan kompak. Sungai Bahau pada daerah Long Aran mempunyai ketinggian air paling rendah dan sering menyebabkan para pengemudi perahu serta kepolisian setempat bahu-membahu menarik perahu kandas yang mempunyai panjang bisa mencapai hingga 20 meter itu beramai-ramai. Profil bebatuan di kedua sungai ini juga berbeda, 2 gambar di kiri adalah profil bebatuan yang dijumpai pada sungai Kayan mulai daerah Tanjung Selor hingga Simpang Koala, 2 gambar di kanan adalah profil bebatuan di sungai Bahau yang ditemui sejak area Simpang Koala hingga hulu Pujungan.
Jenis flora yang dilaporkan ada dalam kawasan ini di antaranya termasuk 500 jenis anggrek dan sedikitnya 25 jenis rotan. Selain itu juga telah berhasil diinventaris 277 jenis burung termasuk 11 jenis baru untuk Kalimantan dan Indonesia, 19 jenis endemik dan 12 jenis yang hampir punah. Beberapa jenis yang menarik diantaranya adalah 7 jenis Enggang, Kuau Raja, Sepindan Kalimantan dan jenis-jenis Raja Udang. TNKM juga merupakan habitat bagi banyak jenis satwa dilindungi seperti banteng (Bos javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus), trenggiling (Manis javanica),macan dahan (Neofelis nebulosa), landak (Hystrix brachyura), dan rusa sambar (Cervus unicolor). Pada musim-musim tertentu di padang rumput di hulu Sungai Bahau, berkumpul kawanan banteng yang muncul dari kawasan hutan disekitarnya dan menjadi sebuah pemandangan yang menarik untuk disaksikan.
Keanekaragaman Budaya
Di dalam dan di sekitar TNKM ditemukan beraneka ragam budaya yang merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi untuk dilestarikan. Sekitar 21.000 orang dari bermacam etnik dan sub kelompok bahasa, yang dikenal sebagai suku Dayak, bermukim didalam dan disekitar taman nasional. Komunitas Dayak, seperti suku Kenyah, Kayan, Lundayeh, Tagel, Saben dan Punan, Badeng, Bakung, Makulit, Makasan mendiami sekitar 50 desa yang ada didalam kawasan TNKM.
Ditemukannya kuburan batu di hulu Sungai Bahau dan hulu Sungai Pujungan, yang merupakan peninggalan suku Ngorek, mengindikasikan bahwa paling tidak sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu masyarakat Dayak sudah menghuni kawasan ini. Peninggalan arkeologi yang paling padat ini diperkirakan sebagai peninggalan yang paling penting untuk pulau Borneo.
Masyarakat di dalam kawasan taman nasional masih sangat bergantung pada pemanfaatan hutan sebagai sumber penghidupan, seperti kayu, tumbuhan obat, dan binatang buruan. Mereka juga menjual tumbuhan dan binatang hasil hutan, karena hanya ada sedikit peluang untuk mendapatkan uang tunai. Pada dasarnya masyarakat mengelola sumber daya alam secara tradisional dengan mendasarkan pada variasi jenis. Sebagai contoh banyak varietas padi ditanam, beberapa jenis kayu digunakan untuk bahan bangunan, banyak jenis tumbuhan digunakan untuk obat, dan berbagai jenis satwa buruan.
Tingginya keragaman jenis yang dimanfaatkan, akan memperkecil kemungkinan jenis-jenis tadi mengalami tekanan. Pengelolaan tradisional tersebut pada dasarnya sangat sejalan dengan konservasi hutan dan hidupan liar. Sayangnya, peraturan tradisional atau adat sering tidak dipedulikan oleh pendatang yang terus meningkat untuk mengambil sumber daya dari kawasan. Perubahan yang cepat dari mata pencaharian tradisional ke ekonomi membuat orang tergoda untuk mengabaikan adat.

Wisata dan Budaya Malinau

Selama ini dunia intenasional hanya mengenal Bali sebagai salah satu tujuan utama pariwisata mereka. Padahal Indonesia tidak hanya Bali, masih banyak tempat-tempat lain yang memilki keindahan alam yang tak kalah cantiknya dengan Bali.
Salah satu derah yang juga tak kalah eksotisnya adalah, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Malinau merupakan kabupaten terbesar di Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.
Untuk memperkenalkan keindahan alam yang ada di Malinau kepada masyarakat luas, Pemerintah daerah kabupaten Malinau, menggelar pesona wisata dan kebudayaan Kabupaten Malinau, di Anjungan Kalimantan Timur, Taman Mini Indonesia Indah.
M. Peter Yadi, PLT Kabag Humas dan Protokol Pemda Kabupaten Malinau, menerangkan, acara tersebut juga sejalan dengan program pemda Kalimantan Timur yang belum lama ini mencanangkan Visit East Borneo.
“Dalam acara ini, akan ditampilkan tari-tarian khas Malinau yang kesemua penarinya didatangkan langsung dari Malinau. Selain itu, ada juga stan yang menjual produk-produk khas Malinau, seperti tas rajutan, keripik buah, sampai madu asli Malinau,” terang Peter, saat di temui di Ajungan Kalimantan Timur, TMII, Jakarta. Pada pagelaran tersebut, hadir juga Bupati Malinau, Martin Bila , dan beberapa Duta Besar dari negara sahabat.
Acara tersebut juga dimaksudkan untuk memperkenalkan berbagai pariwisata alam yang dimiliki oleh kabupaten Malinau, seperti arus liar yang ada di sungai sungai tugu dan sungai Bahaowulu, air terjun Martin Bila, air panas Semolon. “Masyarakat dapat melihat rumah adat asli dari masyarakat Malinau atau biasa di sebut Lamin Adat. Ada juga kuburan batu yang sudah ada beratus-ratus tahun lalu,” ujarnya.
Selain itu, kata Peter, karena Malinau satu-satu kabupaten yang memproklamirkan diri sebagai kapubaten konservasi, dengan demikian wisatawan dapat menikmati berbagai kekayaan flora dan fauna yang tidak dimiliki daerah lain. “Ada juga tempat penelitian laut Birai, tempat penelitian flora dan fauan Kain mentarang,” terangnya.
Peter menerangkan untuk saat ini, jumlah wisatawan yang datang masih sangat sedikit. “Kebanyakan adalah peneliti asing, sekitar 20 orang pertahun. Sedangkan untuk wisatan domestik lebih sedikit lagi,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di Malinau, terlebih jika melalui jalur darat. “Kalau dari bandara Internasional di Balik Papan, kita harus transit dulu di Tarakan baru melanjutkan dengan pesawat kecil. Kalau melalui jalur darat, dari ibu kota propinsi butuh waktu 24 jam. Dan itu juga harus menggunakan jalur off road,” lontar dia.
Dengan digelarnya acara ini, Peter mewakili Pemda Kabupaten Malinau berharap, semakin banyak pengunjung yang datang ke Malinau, ia juga menghimbau agar pemerintah pusat lebih memperhatikan kekayaan yang ada di Malinau. “Malinau mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, jika dieksplorasi lagi akan banyak membawa keuntungan bagi banyak pihak,” tandasnya

Kutai Timur

Hutan Wehea Resmi Jadi Hutan Lindung Nasional

Akhirnya  upaya Pemerintah Provinsi Kaltim agar Hutan Lindung (HL) Wehea yang diakui secara hukum oleh Pemerintah Pusat akhirnya dikabulkan.Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (Menhut) telah ditandatangani dan Pemprov Kaltim akan diundang untuk mengambil surat tersebut di Kementerian Kehutanan bahkan menurut informasi dalam waktu dekat sudah akan diserahkan. Demikian dikatakan Gubernur Awang Faroek. “Bertahun-tahun bahkan sejak [...]

Read More

Foto Lomba TNK 2011

Dalam rangka mengikuti Adventure Rally Fhoto TNK 2011 yang berlangsung pada tanggal 17 Juli di Tnk Sangkima Kutai Timur.  Lomba foto yang bertemakan Eloknya Wisata TNK Sangkima ini diikuti sekitar 30 fotografer, Berikut ini hasil foto Lomba TNK (Fotografer Josh Hadikusuma).

Read More

Dayak Kayan Kampung Miau

Suku Kayan adalah suku Dayak dari rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari Sarawak. Ketika memasuki Kalimantan Timur suku Dayak Kayan pertama-tama menetap di daerah Apau Kayan di daerah aliran sungai Kayan, karena alasan perang antar suku dan mencari daerah yang lebih subur serta daerah asal (Apau Kayan) yang sangat tertinggal dan terisolir, suku Kayan meninggalkan Apau [...]

Read More

Karst Mangkalihat Potensi Geowisata

Bila bicara Kalimantan Timur, orang-orang luar biasanya silau dengan melimpahnya kekayaan alam terdapat di dalamnya. Tak heran, karena Kalimantan Timur memang termasuk salah satu provinsi penyumbang devisa terbesar negara. Minyak bumi, hutan tropis dan tentu saja batu bara. Pertanyaannya, seberapa lamakah sumber daya alam tersebut mengangkat prestise Kaltim di mata Nasional maupun Internasional? Sektor pertambangan [...]

Read More

Kamis, 19 Januari 2012

Dayak Kayan Kampung Miau

Suku Kayan adalah suku Dayak dari rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari Sarawak. Ketika memasuki Kalimantan Timur suku Dayak Kayan pertama-tama menetap di daerah Apau Kayan di daerah aliran sungai Kayan, karena alasan perang antar suku dan mencari daerah yang lebih subur serta daerah asal (Apau Kayan) yang sangat tertinggal dan terisolir, suku Kayan meninggalkan Apau Kayan yang telah mereka tempati selama 300 tahun dan bermigrasi menuju daerah-daerah yang lebih maju agar dapat lebih berkembang kehidupannya, yaitu sekarang menetap di daerah aliran sungai Wahau (daerah Suku Wehea) di Kabupaten Kutai Timur terutama di Desa Miau Baru sejak tahun 1969.
Diperkirakan pada zaman Kerajaan Kutai Martadipura (Kutai Mulawarman), suku Kayan belum memasuki Kalimantan Timur. Kemungkinan suku Kayan ini termasuk salah satu suku yang belakangan memasuki pulau Kalimantan dari pulau Formosa (Taiwan).
Beberapa hari yang lalu saya sempat berbincang-bincang dengan Kepala Suku Dayak Kayan, saat itu mereka sedang tampil di acara Mengangkat Kebudayaan suku Dayak Kayan di Samarinda. Untuk menuju ke Kampung Miau tempat Dayak Kayan tinggal dibutuhkan waktu kurang lebih 12 jam dari Samarinda menuju Desa Miau Baru (perbatasan Kutim dengan Berau). Untuk menuju kesana bisa menggunakan bis atau mobil carteran (diutamakan menggunakan mobil double gardan) karena akses jalan kesana masih rusak, apalagi kalau habis hujan.
Berikut foto-foto Kepala suku Dayak dan Tari Perangnya

Kepala Suku Dayak Kayan
kepala suku dayak kayan
Nenek Suku Dayak Kayan
dayak kayan
Tarian Perang Suku Dayak Kayan
tari perang dayak
dayak kayan
tari perang dayak

Foto Lomba TNK 2011

Dalam rangka mengikuti Adventure Rally Fhoto TNK 2011 yang berlangsung pada tanggal 17 Juli di Tnk Sangkima Kutai Timur.  Lomba foto yang bertemakan Eloknya wisata TNK Sangkima ini diikuti sekitar 30 fotografer, Berikut ini hasil foto Lomba TNK (Fotografer Josh Hadikusuma).

tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai
tnk kutai

Karst Mangkalihat Potensi Geowisata

Bila bicara Kalimantan Timur, orang-orang luar biasanya silau dengan melimpahnya kekayaan alam terdapat di dalamnya. Tak heran, karena Kalimantan Timur memang termasuk salah satu provinsi penyumbang devisa terbesar negara. Minyak bumi, hutan tropis dan tentu saja batu bara. Pertanyaannya, seberapa lamakah sumber daya alam tersebut mengangkat prestise kaltim di mata Nasional maupun Internasional?
Sektor pertambangan yang selama ini menjadi andalan kini sudah mulai dicarikan penggantinya. Sebab tak dapat dipungkiri, sumber daya hasil pertambangan tak dapat lagi diperbaharui. Namun tak perlu khawatir. Sektor Pariwisata dapat menjadi alternatif penghasil devisa negara pun sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) demi kesejahteraan rakyat sekitar. Di bumi Kaltim, Karst Mangkalihat memiliki potensi besar untuk itu.
Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Institut Teknik Bandung Dr. Budi Brahmantyo pada Lokakarya Perencanaan Aksi Pengelolaan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Hotel Grand Sawit, Senin (9/8) mengungkapkan, hasil penelitian suatu lembaga penelitian di Amerika menyebutkan bahwa adanya peningkatan wisata petualangan terutama di Amerika Utara. Sasaran wisata ini adalah Asia dan Afrika. Hal ini menjadi potensi yang mesti ditangkap. “Karst Mangkalihat-Sangkulirang menjadi salah satu potensi yang perlu diperhatikan dan dikembangkan,” ungkap Budi.
Karst seperti yang dilansir Wikipedia, adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batu pasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
Karst Mangkalihat masih asri tanpa terjamah kerusakan. Sehingga sangat memungkinkan untuk menjadi salah satu Geowisata andalan Nasional atau bahkan Internasional. Geografisnya tampak bagaikan pegunungan batu gamping yang diselimuti hutan belantara nan hijau.  Menusuk  ke  dalam   hingga jantung Gunung Marang, daerah yang terletak di barat laut Sangata itu nyatanya sarat menyimpan jejak-jejak masa lalu manusia dengan adanya lukisan berbentuk tangan yang memiliki nilai artistik. Belum diketahui berapa kali peneliti lokal maupun mancanegara yang bertandang ke bumi kalimantan untuk melihat secara langsung apa-apa yang terdapat di Karst Mangkalihat.
Di sini, sekitar 3.500 tahun lampau sebuah komunitas prasejarah telah tercipta kuat, berkiprah menaklukkan alam dengan berdiam di goa-goa kapur. Hidup mereka kembali bergema melalui penemuan sisa manusia, peralatan hidup, dan berbagai lukisan goa yang canggih. Hampir pasti, merekalah cikal bakal dari sebagian populasi Nusantara saat ini.
Data hunian goa banyak dihasilkan dari kawasan karst Beriun di Pegunungan Marang, bagian dari sistem karst raksasa Sangkulirang-Mangkalihat. Lebih dari seratus goa dengan 1.500 lukisan cadas (di dinding goa)—mayoritas berupa cap-cap tangan—telah ditemukan oleh Jean-Michel Chazine dan Luc Henri Fage sejak tahun 1994.
Lukisan cadas itu umumnya ditemukan pada dinding-dinding goa yang tinggi, yang sulit dicapai karena terletak di lokasi-lokasi terjal 100-200 meter di atas permukaan tanah. Salah satu goa, yaitu Goa Tewet, terdapat lebih 200 cap tangan beserta gambar hewan dan manusia. Separuhnya dihiasi titik, garis, atau pola lainnya, menunjukkan lebih dari 50 kombinasi. Gambar-gambar tersebut mungkin terkait upacara ritual tertentu yang hanya bisa diikuti oleh segelintir manusia.
Di Gunung Marang bagian barat, Goa Berak telah mengontribusi sekitar 35 cap tangan dan beberapa lukisan lainnya. Sementara di Goa Payau terdapat 38 cetakan tangan dan gambar-gambar geometris bermotif garis, koma, titik, lingkaran, anak panah, dan bentuk-bentuk anthromorfik.
Temuan senada juga dihasilkan dari Gunung Marang bagian timur. Di Goa Jupri terdapat panel lukisan sepanjang tiga meter, terdiri atas gambar 16 rusa, babi (1), kura-kura (2), makhluk anthropomorfik (16), dan cap tangan (5). Pada puncak ruang, ditemukan pula 18 cap tangan, beberapa di antaranya dihubungkan oleh garis-garis melengkung. Sedikitnya 15 cap tangan juga ditemukan di Goa Tembus. Sementara di Goa Sahak, ditemukan 70 cap tangan, yang warnanya telah menjadi terang karena terkikis oleh cairan atau deposisi kalsid selama musim kering.
Salah satu kawasan di Berau yang berbatasan dengan Kutai Timur (Kutim), mempunyai pusaka alam karst (gunung kapur) yang perlu dilestarikan.Pusaka alam tersebut, dianggap sebagai sumber mata air yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan masyarakat sekitar.“Pusaka alam karst Mangkalihat-Sangkulirang (Mangkulirang) yang terletak di perbatasan Berau-Kutim akan menjamin tersedianya sumber dan pembentuk utama kehidupan manusia Kalimantan, yaitu air dan sungai di masa depan,” ungkap Heddy S. Mukna, Asisten Deputy Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Disampaikan pula, kawasan karst merupakan pembeda utama dengan wilayah lain yang tidak bergunung karst -pembentukan kebudayaan yang khas karst. Untuk itu, kehancuran kawasan pusaka alam karst akan menjadi suatu bencana. “Jadi pengelolaan dan perlindungan kawasan karst sangat diperlukan untuk menjaga warisan pusaka,” ujarnya.
Disebutkannya pula, kawasan karst yang berada di perbatasan Berau-Kutim, merupakan pusaka alam dan pusaka budaya berkelas dunia, karena kawasan karst tersebut merupakan karst raksasa.
Selain itu juga merupakan sumber air bagi sungai-sungai di Kutim dan Berau. Sebagai daerah resapan, air dari kawasan karst mengalir ke 4 sungai utama di Kutim, yakni Bengalon, Bangka, Karangan, Kerayan dan Baai. Sedangkan di Berau mengalir di 3 sungai utama, yakni Lesan, Tabalar dan Dumaring. (sumber vivaborneo)

Hutan Wehea Resmi Jadi Hutan Lindung Nasional

Akhirnya  upaya Pemerintah Provinsi Kaltim agar Hutan Lindung (HL) Wehea yang diakui secara hukum oleh Pemerintah Pusat akhirnya dikabulkan.Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (Menhut) telah ditandatangani dan Pemprov Kaltim akan diundang untuk mengambil surat tersebut di Kementerian Kehutanan bahkan menurut informasi dalam waktu dekat sudah akan diserahkan. Demikian dikatakan Gubernur Awang Faroek.
“Bertahun-tahun bahkan sejak saya menjadi Bupati di Kabupaten Kutai Timur hingga sekarang ini kita berupaya agar HL Wehea dilindungi secara legalitas sebagai Hutan Lindung Nasional dan akhirnya pusat melalui Kementerian Kehutanan telah merestui. Terima kasih Menteri Kehutanan,” katanya.
Hutan Lindung Wehea selama ini hanya dilindungi hukum adat dan didukung peraturan daerah melalui SK Bupati, dan setelah  terbitnya SK Menhut tentu lebih menguatkan  posisi dan kelestarian hutan tersebut untuk dijaga.
Menurut Awang,  ini  menunjukkan betapa besar keinginan serta komitmen pemerintah daerah dalam menjaga bahkan melestarikan kondisi hutan di Kaltim baik luasannya maupun sumber daya hutannya yang berimbas pada pelestarian dan perlindungan ekosistem didalamnya.
“Pokoknya pemerintah pusat maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) tidak perlu meragukan komitmen pemerintah daerah. Kita tidak pernah berniat untuk merusak kondisi hutan di Kaltim, bahkan kita terus berupaya agar hutan-hutan di Kaltim ini semakin bertambah luasannya dengan terus berupaya melindungi serta melakukan upaya penanaman kembali,” ujarnya.
Selain itu, keputusan Menhut menetapkan Wehea menjadi HL Nasional sudah masuk dalam tata ruang wilayah. Berarti hutan lindung di Kaltim telah bertambah bukan sebaliknya. Sedangkan permohonan pemerintah daerah untuk penggunaan lahan di kawasan HL Manggar atau Taman Hutan Raya Bukit Soeharto itukan dalam usulan APL dengan tujuan untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan usaha atau pertambangan batu bara.
“Direstuinya HL Wahea membuktikan betapa besar komitmen pemerintah daerah dalam menambah HL di Kaltim bukan menguranginya. Ini akan terus kita lakukan demi kelestarian hutan Kaltim dan yakinlah akan hal itu. Sedangkan program jalan masuk HL Manggar atau Tahura Bukit Soeharto itukan telah dikaji dengan usulan penggunaan APL, lagian itu untuk kepentingan masyarakat Kaltim bukan segelintir orang. Jangan pernah meragukan komitmen kami,” tegasnya.

Kutai Kartanegara

Dwie Arum Meynina Bawakan Tari Ganjar Ganjur ke Nasional

Tarian Ganjar-ganjur yang selalu dibawakan oleh keluarga keraton Kukar pada saat ada hari-hari besar mengiringi Dwie Arum Meynina meraih peringkat ke IV Duta Wisata Tingkat Nasional yang diselenggarakan pada 5 Desember 2011 di Ballroom Sikstone Hotel Palu. “Ini yang pertama setelah sekian lama Kalimantan bisa menembus tingkat nasional,” kata perempuan cantik kelahiran Tenggarong 10 Mei [...]

Read More

Pesut Mahakam dan Bekantan di Kutai Kartanegara

Selain kaya akan sumberdaya alam yang tak terbarukan seperti minyak, gas dan batu bara, Kutai Kartanegara (Kukar) juga kaya akan keanekaragaman hayati baik flora (tumbuhan) maupun fauna (binatang). Beberapa fauna yang terdapat di Kukar di antaranya termasuk binatang yang dilindungi bahkan langka. Sebut saja pesut Mahakam, mamalia air tawar ini jumlahnya pada 2011 diperkirakan kurang [...]

Read More

Festival Etam Segala di Tenggarong

Pembukaan Festival Etam Segala dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tenggarong ke 229 dan Pencanangan Hari Budaya Kutai Kartanegara Tahun 2011 dibuka secara resmi oleh Staf Ahli bidang Pembangunan Kukar Salmon Zakaria mewakili Bupati Kukar Di halaman parkir stadion Rondong Demang, Tenggarong (15/10). Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan kentongan dan acara masak suman sebanyak [...]

Read More

Sultan Kutai Kartanegara Gelar Tari Jepen

Guna menghidupkan kembali budaya Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, dan untuk menjadikan Kedaton sebagai pusat kebudayaan di Kukar, maka setiap tanggal 15 setiap bulannya, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura  akan menggelar  pagelaran Tari  Jepen Tingkilan di halaman kedaton yang akan digelar pada malam hari, yaitu pada pukul 20.00 wita. “Keraton memiliki program untuk dijadikan pusat [...]

Read More

Sultan Kutai Kartanegara Gelar Tari Jepen

tari jepen Menurut HBM Saidar, apa yang dilakukan pihak kesultanan adalah guna pelestarian budaya yang ada, agar tidak hilang ataupun ditinggalkan oleh generasi muda. Menurutnya dewasa ini, para generasi muda lebih memilih dan terpengaruh budaya dari luar, untuk itu ia berharap kegiatan tersebut memberi motivasi kepada generasi muda agar lebih mau mencintai budaya lokal. Pagelaran seni tari Jepen Tingkilan itu nantinya, tidak saja hanya akan dihadiri oleh seluruh kerabat Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, namun diharapkan seluruh masyarakat Tenggarong khususnya, untuk bersama-sama dapat hadir memeriahkannya, karena pada kegiatan tersebut, tari Jepen Tingkilan tidak hanya dilakoni oleh para penari, namun juga akan mengikutsertakan penonton yang ada.

Guna menghidupkan kembali budaya Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, dan untuk menjadikan Kedaton sebagai pusat kebudayaan di Kukar, maka setiap tanggal 15 setiap bulannya, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura  akan menggelar  pagelaran Tari  Jepen Tingkilan di halaman kedaton yang akan digelar pada malam hari, yaitu pada pukul 20.00 wita.
“Keraton memiliki program untuk dijadikan pusat budaya Kutai, dari sebab itulah kita menghidupkan kembali budaya keraton, salah satunya dengan pagelaran seni Tari Jepen  Tingkilan setiap tanggal 15. Pagelaran seni tari ini hanyalah salah satu program yang akan dilaksanakan, selain ada kegiatan seni lainnya,” kata salah seorang kerabat keraton H Bambang M Saidar, belum lama ini.
“Minggu (2/10) lalu, pihak kesultanan telah menggelar Tari Jepen Tingkilan, berkenaan dengan HUT Kota Tenggarong ke 229, dimana dalam prosesi kegiatannya melibatkan pengunjung yang ada. Para penari akan mengajak penonton untuk turut menari, dan sekaligus mengajarkan cara menari tari Jepen Tingkilan. Kami berharap kegiatan semacam ini, tidak saja dapat menghibur, namun juga memberikan ilmu, serta pengetahuan tentang seni budaya Kutai,” ujar HBM Saidar yang biasa dipanggil Derry ini.

Festival Etam Segala di Tenggarong

festival etam kutai kartanegara 



Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan kentongan dan acara masak suman sebanyak 229 buah oleh masyarakat kedang lampong ditandai dengan membelah suman oleh Staf ahli Salmon Zakaria didamping oleh Kepala Dinas Pariwisata Kukar H Asmidi

Pembukaan Festival Etam Segala dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tenggarong ke 229 dan Pencanangan Hari Budaya Kutai Kartanegara Tahun 2011 dibuka secara resmi oleh Staf Ahli bidang Pembangunan Kukar Salmon Zakaria mewakili Bupati Kukar Di halaman parkir stadion Rondong Demang, Tenggarong (15/10).
“Dalam perspektif antropologi kontemporer, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan” ujar Salmon Zakaria mengawali sambutannya
Ia juga mengatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa pada prinsipnya adalah karakter dan jati diri bagi setiap masyarakat atau bangsa itu sendiri. Sehingga dalam kaitan itu menjadi sebuah kewajaran bahkan menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya semaksimal mungkin dalam menjaga, melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan yang mereka miliki.
Untuk melakukan semua itu diperlukan upaya yang nyata, sehingga semua pihak merasa memiliki kepedulian dan tanggung jawab yang sama terhadap kelestarian dan pengembangan kebudayaan yang ada.
Dalam konteks yang demikian maka keterlibatan masyarakat luas secara langsung penting untuk dilakukan, baik melibatkan sebagai pelaksana kegiatan, pengisi acara maupun hanya sebagai penonton. Tanggung jawab akan pelestarian dan pengembangan kebudayaan tidak hanya menjadi tugas atau domain pemerintah semata, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat yang ada, terlebih-lebih bagi masyarakat asli di mana kebudayaan tersebut pertama kali tumbuh dan berkembang.
Selain itu tambahnya, Ada banyak hasil kebudayaan asli di suatu daerah yang kemudian kurang atau tidak lagi dikenal oleh generasi penerus dari masyarakat tersebut. Sebagai contoh, di kota Tenggarong ini, dahulunya dikenal suatu tradisi masak suman (lemang) yang biasa dilakukan oleh masyarakat Kutai sejak jaman dahulu, khususnya suku Kedang Lampong. Sebagaimana diketahui suku Kedang Lampong merupakan penduduk asli kota Tenggarong, dimana mereka telah bermukim di daerah ini sebelum kerajaan Kutai Kartanegara pindah dari Jembayan (Pemarangan) ke Tenggarong (Tepian Pandan/Tangga Arung).
Namun demikian masyarakat saat ini terutama generasi muda kota Tenggarong sudah tidak lagi mengenal tradisi tersebut, sehingga dengan acara seperti ini ia sangat berharap dapat kembali memperkenalkan tradisi yang sudah hampir punah ini kepada masyarakat luas. Penyampaian informasi  penting karena sekaligus merupakan bentuk edukasi atau pendidikan bagi masyarakat luas bahwa pada prinsipnya mereka memiliki kekayaan potensi seni dan budaya yang luar biasa di daerahnya. Dengan pengenalan tersebut diharapkan akan timbul kecintaan masyarakat terhadap tradisi luhur dari para pendahulunya itu, sehingga dari rasa cinta ia berharap akan timbul rasa kepedulian untuk terus menjaga, memelihara, melestarikan dan mengembangkannya pada masa-masa mendatang.
Festival Etam Segala ini mempersembahkan banyak kegiatan atraksi seni budaya yang tidak hanya berasal dari kebudayaan asli masyarakat di Kutai Kartanegara, melainkan juga atraksi seni budaya yang berasal dari kebudayaan masyarakat di luar Kutai Kartanegara.
Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah memberikan ruang gerak bagi para seniman nusantara yang bermukim di Kutai Kartanegara ini untuk berekspresi seluas-luasnya. Dengan demikian julukan Kutai Kartanegara sebagai “Indonesia Mini” akan semakin diakui, karena berbagai seni dan budaya nusantara telah terbukti tumbuh dan berkembang dengan subur di daerah ini. Selain itu aneka kegiatan pada festival ini juga mampu memberikan hiburan rakyat yang relatif murah, meriah, gembira dan penuh dengan suasana kekeluargaan, sehingga pada akhirnya kegiatan ini mampu untuk semakin mempererat tali silaturahmi diantara berbagai komponen masyarakat di Kutai Kartanegara ini.
Kegiatan seperti ini juga dapat membantu upaya Pemerintah Daerah untuk mewujudkan Kota Tenggarong sebagai kota wisata yang ditopang oleh semakin banyaknya even-even wisata yang diharapkan akan semakin menarik kehadiran para wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara. Ini tentu sejalan dengan misi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui program Gerbang Raja, yang mengisyaratkan perlunya pengembangan pariwisata daerah sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah untuk lima tahun ke depan.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, dampak positif dari terselenggaranya event ini adalah semakin menggeliatnya gerak roda perekonomian daerah melalui peningkatan aktivitas perdagangan dan jasa, meskipun masih dalam batas atau skala kecil dan mikro.
Mewakili pemerintah daerah, sekali lagi ia berharap, dengan penyelenggaraan festival ini, akan timbul kepedulian yang tinggi terhadap kekayaan akan keragaman budaya yang kita miliki, khususnya para generasi muda. Dari kepedulian yang tinggi tersebut dapat melestarikan dan mengembangkan warisan budaya leluhur nenek moyang untuk di wujudkan.
Ia juga menegaskan bahwa tugas melestarikan dan mengembangkan kebudayaan tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama.” Marilah sama-sama melestarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya menuju kota Kutai kartanegara menjadi kota wisata”imbuhnya